Tahu Bulat Laser

Tahu Bulat Laser
Agen Tunggal Surabaya - 081230174960
Tampilkan postingan dengan label Solusi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Solusi. Tampilkan semua postingan

Senin, 16 Agustus 2010

Anak Emosinya Stabil Jika Punya Kenangan Baik dengan Ayah

Irna Gustia - detikHealth

Jakarta, Ayah sering digambarkan sebagai sosok yang kaku, kurang bisa berkomunikasi dengan anak, otoriter dan tidak suka dibantah. Jarang sekali anak yang memiliki hubungan yang baik dengan si ayah ketika kecil.

Kesibukan ayah sebagai pencari nafkah kerap membuat anak jarang bertemu bapaknya kecuali hari libur. Belum lagi jika pulang kerja ayah lebih sering menampilkan wajah capek dan cemberut yang membuat anak-anak takut mendekat.

Para pakar psikologi menemukan hubungan ayah dan anak juga bisa mempengaruhi emosi anak saat dewasa. Selama ini penelitian lebih banyak fokus pada hubungan ibu dan anak.

Psikolog dari California State University-Fullerton, Profesor Melanie Mallers menemukan anak-anak yang punya hubungan baik dengan ayah akan memiliki emosi yang lebih stabil kala menghadapi stres saat dewasa.

Peneliti melakukan survei terhadap 921 pria dan wanita dewasa yang dilakukan melalui wawancara melalui telepon. Partisipan berusia mulai dari 25 tahun hingga 74 tahun yang difokuskan pada masalah psikologis dan emosi.

Contoh pertanyaannya seperti apakah partisipan mengalami depresi, gelisah atau sedih jika sedang stres dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi itu muncul bisa karena adu argumentasi, perselisihan, ketegangan dalam kerja, masalah keluarga hingga mengalami diskriminasi.

Partisipan juga ditanya tentang kualitas hubungan masa kecilnya dengan ayah dan ibu. Pertanyaan yang diajukan seperti bagaimana partisipan menilai hubungannya dengan ayah dan ibu selama bertahun-tahun. Berapa banyak waktu dan perhatian yang didapatkan saat partisipan sedang membutuhkannya.

Hasilnya ditemukan partisipan cenderung memiliki masa kecil yang baik dengan ibu ketimbang ayah. Hubungan dengan ibu juga jarang mengalami tekanan psikologis. Sementara hubungan dengan ayahnya hambar.

"Hasil ini memang tidak mengejutkan karena penelitian masa lalu telah menunjukkan ibu memang yang berperan dalam perawatan anak dan selalu bisa memberikan kenyamanan," kata Profesor Mallers yang telah mempresentasikan penemuannya dalam the 118th Annual Convention of the American Psychological Association di San Diego.

Ayah memang memiliki gaya yang unik dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Namun psikolog memandang ayah jangan terlalu cuek dengan anaknya karena dampaknya bisa pada emosi anak saat dewasa.

(ir/up)

4 Alasan Tak Perlu Menikahi Pria Kaya

KOMPAS.com — Anda terobsesi menikahi pria kaya? Hm... pikirkan lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pria dengan penghasilan lebih kecil cenderung lebih stabil secara emosi, setia, dan hebat di ranjang.

Memiliki pasangan kaya memungkinkan Anda untuk menikmati kemewahan. Liburan di tempat eksotis, makan malam mewah, hadiah perhiasan, atau benda berharga lainnya. Namun, mencontoh kisah cinta Carrie Bradshaw dan Big dalam film Sex and the City (yang juga sangat mungkin ditemui sehari-hari), kencan dengan pria kaya memang menyenangkan, tetapi seperti naik roller coaster. Perasaan Anda mudah saja dibuat tak keruan dan bahkan patah hati.

Menurut Adam Galinsky, PhD, profesor manajemen organisasi di Northwestern University, Chicago, pria yang tak kaya bisa membahagiakan wanita lebih dari pria kaya. Menurut dia, uang dan status sering kali membuat pria tak bisa setia.

Kecenderungan lain yang memungkinkan wanita menikahi pria yang tidak kaya adalah karena semakin banyak pria yang terkena imbas resesi daripada wanita. Ini merupakan hasil penelitian Pew Research Center. Pertanyaannya, mengapa pria tidak kaya lebih bisa dipercaya wanita?

Lebih setia dengan pasangannya
Pria yang memiliki kesuksesan cenderung lebih mudah berkhianat. Pria kaya dan sukses merasa bahwa dengan uang dan kekuasan, ia bisa mendapatkan segalanya semau hati dan menganggap perasaan cinta tak lagi penting.

Perselingkuhan yang dilakukan Tiger Woods, contohnya. Dalam permintaan maafnya, Woods mengimplikasikan perselingkuhan yang dilakukannya tak lepas dari kesuksesan yang dia raih. Woods tidak hanya memanfaatkan kesuksesan untuk mencari kepuasan individual. Galinsky dalam penelitiannya menemukan bahwa pria kaya cenderung hipokrit mengenai kecenderungannya bermain hati. Adapun pria berpenghasilan lebih rendah cenderung menunjukkan kesetiaan kepada pasangannya.

"Seseorang yang memiliki posisi kuat lebih gampang untuk berselingkuh. Uang dan kekuasaan menjadi alatnya," kata Galinsky.

Lebih hangat bersama teman Anda
Jurnal Psychological Science menuliskan, pria berpenghasilan kecil ke menengah memiliki karakter yang lebih santun dibandingkan pria kaya. Hal ini terutama saat pria bertemu orang baru. Lihat saja bedanya saat Anda mengenalkan pria berbeda tipe ini kepada teman-teman Anda.

Para peneliti yang melakukan observasi menemukan, pria tidak kaya lebih sering berbincang dengan kontak mata kepada teman-teman barunya, bahkan sering kali tertawa bersama. Kehangatan ini tak didapatkan dari sikap pria kaya yang cenderung lebih kaku dan kasar.

"Pria berdompet tipis berusaha keras membangun hubungan sosial karena, dengan membangun jaringan, mereka bisa bertahan. Sementara itu, pria kaya tak menyadari pentingnya menjalin pertemanan karena merasa tak membutuhkannya," kata Dacher Keltner, PhD, pengarang buku Born to Be Good.

Lebih mendukung karier pasangannya
Jurnal Psikologi Terapan meluncurkan penelitian bahwa pria sukses lebih seksis. Pria kaya cenderung memosisikan dirinya sebagai sumber penghasilan dan mengambil semua peran dengan merasa kewajibannya adalah menyediakan segala keperluan yang dibutuhkan bersama pasangan. Demikian dikatakan Beth Livingston, PhD, asisten professor SDM di Cornell University. Untuk itu, akhirnya, pria kaya lebih menginginkan dirinya yang berkembang dalam kariernya. Sebaliknya, pria tak kaya lebih suportif terhadap pengembangan diri dan karier pasangannya.

"Pasangan yang saling menyemangati dan membangun pencapaian diri untuk mencapai karier atau impian dari kehidupan profesinya cenderung lebih bahagia," kata Joshua Coleman, PhD, pengarang buku Marriage Makeover.

Lebih hebat dalam hubungan seks
Pria berdompet tipis akan membahagiakan pasangannya di atas ranjang. Begitulah yang dikatakan Bethany Marshall, PhD, pengarang buku Deal Breakers. Alasannya, pria tipe ini akan mengupayakan segala cara untuk memuaskan pasangan dan mengambil hatinya. Meski tak mampu memberikan berbagai perlakuan dan hadiah mewah, pria ini menunjukkan kehebatannya dalam hubungan seksual.

WAF

Editor: Dini

Sumber: womenshealthmag.com

Senin, 02 Agustus 2010

Tips Agar Tidak Pikun

"DechaCare.com"

Orang yang punya level vitamin D cukup dalam tubuhnya, cenderung akan terhindar dari penyakit pikun atau Alzheimer di masa tua. Selain kadar vitamin D yang cukup, masih harus ditambah lagi dengan aktivitas gerak badan secara teratur.


Demikian hasil riset yang dipaparkan dalam konferensi internasional tentang penyakit Alzheimer di Hawai, Amerika. Alzhemair atau pikun kerap terjadi pada orang yang menginjak usia di atas 60 tahun.


Dalam sebuah studi yang dilakukan di kota Framingham, AS, para peneliti menganalisis kesehatan jantung dan kemampuan kognitif 1.200 orang berusia 70 tahun. Penelitian tersebut dilakukan sejak tahun 1948. Pengukuran latihan fisik telah dilakukan pada tahun 1986-1987.


Setelah lebih dari dua dekade 242 responden mengalami demensia, termasuk 193 kasus Alzheimer.


Mereka yang melakukan olahraga dengan intensitas sedang hingga berat, risiko terkena demensia berkurang hingga 40 persen. Sementara mereka yang melakukan olahraga ringan memiliki risiko lebih besar terkena penyakit tersebut, terutama pada pria.


"Ini merupakan studi dengan skala besar dan periode lama. Kesimpulannya, melakukan olahraga, minimal dalam intensitas menengah, efektif mengurangi risiko pikun," kata Dr Zaldy Tan, dari Brigham and Women's Hospital, Boston.


Pada studi kedua, para peneliti di Britania Raya menganalisis 3.325 orang berusia 65 tahun ke atas yang ikut serta dalam Survey Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional Ke Tiga di Amerika. Penelitian tersebut merujuk pada pengukuran kandungan vitamin D dengan kemampuan kognitif.


Para peneliti mengambil contoh sampel darah responden lalu dibandingkan dengan fungsi kognitif yang meliputi tes memori, orientasi ruang dan waktu, serta kemampuan pemusatan perhatian. Bagi mereka yang memiliki nilai di bawah 10 persen digolongkan menderita gangguan kognitif.


Mereka yang mengalami defisiensi vitamin D, beresiko 42 persen lebih tinggi terkena demensia dan mereka yang kekurangan vitamin D akut, risikonya 394 persen lebih tinggi.


"Tampaknya kemungkinan kenaikan tingkat kerusakan kognitif diasumsikan pada kurangnya vitamin D, konsisten dengan temuan penelitian Eropa sebelumnya," kata David Llewellyn, dari University of Exeter Peninsula Medical School.


Secara alami, kulit akan memproduksi vitamin D saat terkena sinar matahari. Namun, sebagian besar orang dewasa di Amerika kekurangan vitamin D karena kulit kurang produktif dalam memproduksi vitamin D akibat penuaan dan matahari yang terbatas sepanjang tahun.


Bila kebutuhan vitamin D tidak terpenuhi dari makanan dan minuman, disarankan untuk mengkonsumsi suplemen vitamin D yang tersedia di pasaran. "Suplemen Vitamin D telah terbukti menjadi cara yang aman, murah dan efektif untuk mengobati kekurangan kekurangan vitamin D," kata Llewellyn.