Tahu Bulat Laser

Tahu Bulat Laser
Agen Tunggal Surabaya - 081230174960

Minggu, 07 Februari 2010

Saat si Kecil Tak Mau Makan

Rabu, 03/02/2010 16:00 WIB
Vera Farah Bararah - detikHealth

img
(oto: askamum)
Anak yang susah sekali makan adalah masalah yang paling banyak dijumpai. Masalah ini tidak hanya berefek pada tubuh anak yang makin kurus tapi juga bisa membuat si ibu menjadi stres. Apa penyebab anak susah makan?

Anak yang susah makan biasanya dipengaruhi oleh kebiasaan anak saat masih bayi yang kemudian terus berlanjut. Untuk mengubah kebiasaan ini tidaklah mudah. Jika tidak ditangani dengan baik maka lama kelamaan anak bisa saja memiliki status gizi yang buruk.

"Saat berusia 2 tahun diharapkan anak sudah bisa makan secara lengkap tapi justru itu merupakan saat tersulit bagi beberapa orangtua. Permasalahan anak tidak mau makan biasanya karena sejak usia 6 bulan ke atas anak tidak dibiasakan mengonsumsi berbagai variasi makanan," ujar dr Fiastuti Witjaksono MS, SpG(K) dalam acara jumpa pers Sustagen 100 persen untuk Buah Hati Ibu, di gedung HSBC, Jakarta, Rabu (3/2/2010).

dr Fiastuti menjelaskan sejak usia 6 bulan, bayi sudah harus diajarkan 1 rasa selama 3 hari hingga anak mengenal rasa tersebut. Setelah itu ganti dengan rasa yang lain sehingga anak menyukai berbagai variasi rasa. Tapi sebaiknya orangtua jangan mencampurkan berbagai macam bahan makanan (rasa) yang membuat anak menjadi tidak suka karena rasanya yang aneh bagi mereka.

Kebiasaan makan anak juga akan mencontoh orangtuanya. Jika orangtua selalu memperlihatkan pada anaknya untuk mengonsumsi berbagai macam variasi makanan maka anak juga akan mengonsumsi semuanya.

"Kalau sejak kecil sudah tidak dibiasakan mengonsumsi berbagai macam variasi makanan, maka jangan harap saat remaja atau dewasa nanti anak gampang dalam hal urusan makan. Anak bisa saja hanya mau makan makanan yang disukai (picky eater)," ujar dokter yang juga anggota PDGKI (persatuan Dokter Gizi Klinik Indonesia).

Kunci untuk mengatasi hal ini adalah ibu harus kreatif dalam menciptakan berbagai variasi makanan serta menciptakan suasana yang menyenangkan saat sedang makan. Tidak perlu mahal, ibu bisa membuat makanan yang menarik perhatian si kecil dengan warna atau bentuk yang lucu-lucu serta bisa sambil mengajak anak bermain atau melihat sesuatu yang disukainya.

Orangtua juga jangan hanya mengandalkan pemberian susu saja. Meskipun ada kemungkinan semua kebutuhan anak terpenuhi tapi anak jadi tidak belajar mengunyah yang nantinya dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi serta kebutuhan seratnya yang berkurang.

Untuk memastikan apakah anaknya sudah mendapatkan zat gizi yang cukup atau belum bisa dilihat dari pertambahan berat badannya yang disesuaikan dengan usia. dr Fiastuti memberikan rumus kasar dalam melihat apakah si kecil gizinya sudah cukup atau belum, yaitu BB (berat badan) anak = 10 + ((n-1) x 2) dengan n adalah usia anak.

"Angka 10 menunjukkan berat badan ideal untuk anak usia 1 tahun. Misal anaknya umur 5 tahun maka berat badannya = 10 + ((5-1) x 2) yaitu 18 kg. Tapi ini hitung-hitungan secara kasar saja, untuk lebih akurat bisa menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat)," ungkap dokter berusia 55 tahun.

Agar anak memiliki gizi yang cukup ada 3 J yang harus dipenuhi, yaitu jumlah kalori harus sesuai dengan kebutuhan, jadwal makan tersusun dnegan baik serta jenis makanannya harus memenuhi komposisi makronutrien dan mikronutrien.

Variasi makanan yang tersedia saat ini banyak sekali dengan rasa yang enak dan sangat enak, tapi belum tentu semua gizinya tepat dan bagus untuk anak. Karenanya orangtua harus jeli dalam melihat isi kandungan dari makanan yang dikonsumsi anaknya.

"Usia bayi di atas 6 bulan adalah masa kritis yang bisa mempengaruhi bagaimana pola makan anak nantinya, karena itu mengajarkan anak berbagai variasi makanan penting dilakukan sejak dini," ujar dr Fiastuti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar